Awalnya, koran Bisnis Indonesia berkantor di bekas bengkel reparasi mesin jahit Singer di Jalan Kramat V/8, Jakarta Pusat. Koran yang fokus pada berita bisnis, ekonomi, dan umum ini meroket berkat booming yang melanda lantai Bursa Efek Jakarta pada tahun 1987 dan akibat maraknya industri perbankan sebagai hasil penerapan kebijakan Paket Oktober (Pakto) 1988.
Pertumbuhan yang baik tersebut membuat koran ini mampu membangun gedung sendiri dan kantor pun pindah ke Wisma Bisnis Indonesia (WBI) di Jalan Letjen S. Parman Kav. 12A Slipi, Jakarta Barat, pada akhir 1990.
Namun kemacetan luar biasa di lokasi tersebut dan perhitungan bisnis pada masa depan membuat koran ini kembali pindah ke wilayah Segitiga Emas Sudirman.
Mulai 1 Januari 2005 kegiatan operasional Bisnis Indonesia berpusat di Wisma Bisnis Indonesia (WBI) lantai 5-8, Jalan KH Mas Mansyur No. 12A, Karet Tengsin, Jakarta Pusat. Saat ini, Bisnis Indonesia memiliki kantor perwakilan di sejumlah kota di Indonesia yakni di Medan, Pekanbaru, Batam, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Balikpapan, dan Makassar.
Sebagai lembaga pemberitaan,
Bisnis Indonesia juga menjadi pemasok tetap beberapa lembaga pemberitaan internasional seperti
NewsNet Asia (yang menerjemahkan berita
Bisnis ke dalam bahasa Jepang,
Factiva (usaha patungan
Dow Jones dan
Reuters), dan
ISI Emerging Markets (dari kelompok usaha Euromoney Institutional Investor Group Co.),
Xinhua (kantor berita China), dan
Bloomberg (kantor berita berbasis di New York, AS).
Anak penerbitan
Pada 1992, koran ini melahirkan majalah berita ekonomi (MBE) berbahasa Inggris, Indonesia Business Weekly (IBW) yang kemudian ditutup.
Pada 19 September 1997, di bawah payung PT Aksara Solopos, lahir Harian Umum
Solopos yang hanya dalam tempo satu tahun bisa mencapai
titik impas. Pada ulang tahunnya yang kedelapan, Solopos yang berkantor di Griya Solopos, Jl. Adisucipto 190 Solo 57145, itu sudah menjadi kelompok usaha tersendiri dengan membawahi unit usaha percetakan koran PT Solo Grafika Utama, Radio
Solopos FM, dan Tabloid Olah Raga
Arena.
Tiga tahun berikutnya, tepatnya pada 17 April 2000, melalui PT Aksara Warta Mandarin, lahir harian berbahasa Mandarin
Indonesia Shang Bao. Namun, karena satu dan lain hal, terutama masalah teknis, dua tahun kemudian sebagian besar kepemilikan saham ini beralih ke mitra usaha
Sjamsul Nursalim dari kelompok Gajah Tunggal.
Tak lama berselang,
Bisnis Indonesia kembali melahirkan koran komunitas
Monitor Depok yang kini menjadi kebanggaan warga Depok dan sekitarnya, Tabloid
Tren Digital yang mengupas seluk-beluk peranti digital, dengan penonjolan topik bahasan telepon seluler, serta Tabloid
Bisnis Uang yang merupakan panduan bagi individu maupun keluarga dalam perencanaan keuangan.
Pada 20 Mei 2009,
Bisnis Indonesia meluncurkan lagi koran baru
Harian Jogja yang tampil dengan format, corak, maupun pendekatan yang sama sekali baru, untuk melayani kebutuhan informasi warga di wilayah daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Ciri pokok yang melandasi koran baru, yang oleh warga DIY lebih dikenal sebagai
Harjo itu adalah pada perwajahan yang segar dan ceria serta modern. Sedangkan dari sisi konten juga lebih menonjolkan ciri jurnalisme partisipatif konstruktif, bukan sekadar memberitakan content, melainkan dengan context. Dengan demikian, warga Jogja, yang dalam waktu relatif singkat cukup mengenalnya itu, memperoleh wawasan baru, pemahaman baru atas sebuah informasi publik yang sedang terjadi. Warga DIY dan sekitarnya memberi nama panggilan akrab
Pakdhe Harjo, tapi ada pula yang memanggil
Mbah Harjo,
Kang Harjo, dan banyak lagi atribusi yang pada intinya menyatakan keakraban mereka kepada koran bersemboyan:
Berbudaya. Membangun Kemandirian itu.
Perubahan tampilan
Sejak 14 Agustus 2002, ada yang berubah dari penampilan harian ini. Jumlah halaman diperbanyak, diterbitkan menjadi tiga bagian/seksi.
Seksi pertama berisi masalah makro ekonomi, perdagangan, jasa, dan bisnis menengah-kecil. Seksi kedua mengulas seputar pergerakan pasar modal, bisnis keuangan, dan perdagangan komoditas. Sementara bagian ketiga membahas perkembangan bisnis teknologi informasi, manufaktur, agribisnis, dan berbagai informasi bisnis dari sektor riil.
Tampilan ini kembali berubah pada 1 Agustus 2005. Selain format koran makin compact, dicantumkan pula nama reporter penulis berita beserta alamat email si penulis berita. Pencantuman identitas secara lebih gamblang ini menandai semangat keterbukaan di kalangan pelaku pers di negeri ini. Bahkan, pencatuman e-mail ini merupakan yang pertama di Indonesia. Terobosan ini menyebabkan interaksi antara penulis berita dan pembaca semakin meningkat.
Profil pembaca Bisnis Indonesia
- 92,4% Pelanggan
- 78,7% Berjenis kelamin pria
- 79,4% Dalam usia produktif (25-44 tahun)
- 67,5% Berpendidikan tinggi (54% berpendidikan Sarjana dan 13,5% Pasca Sarjana)
- 51,9% Kalangan pengambil keputusan
- 78,0% Bekerja di perusahaan swasta dan ritel
Edisi elektronik
Bisnis Indonesia juga dapat diakses secara
online di
www.bisnis.com dengan layanan format digital edisi cetak,
breaking news serta analisis mendalam dan data bisnis. Selain itu, bagi pembaca setia
Bisnis yang sedang menempuh perjalanan ke berbagai kota besar seluruh dunia, harian ini juga dapat diperoleh di Satellite Newspaper Kiosk yang dapat dijumpai di bandara maupun hotel-hotel ternama, serta dapat berlangganan koran dalam format e-paper.
Situs
www.bisnis.com diluncurkan pertama kali pada September 1996 dengan hanya menyajikan format digital dari cetak Harian
Bisnis Indonesia. Kala itu, layanan tersebut semata-mata untuk melayani para pelanggan
Bisnis yang berada di luar jangkauan edisi cetak, termasuk mereka yang berada di seluruh planet Bumi ini. Selain itu, situs tersebut juga disertai beberapa fitur yang tidak ditemukan dalam edisi cetak, misalnya pusat akses data yang ketika itu diberi nama Pusat Informasi Bisnis Indonesia (PIBI) yang kemudian berubah menjadi Pusat Data dan Analisis Bisnis (PDAB) dan kini bernama Bisnis Indonesia Intelligent Unit atau BIIU. Seiring dengan kian berkembangnya lingkup pekerjaan Divisi PDAB, maka dibentuklah subinduk Bisnis Indonesia Intelligence Unit (BIIU) yang selain memayungi PDAB juga membawahi unit riset dan Pustaka Bisnis Indonesia.
REFERENSI
http://id.wikipedia.org/wiki/Bisnis_Indonesia